PEMBONGKARAN MITOS
Pendahuluan
Kegiatan kita dalam beberapa hari kedepan adalah untuk membangun kesadaran kritis buat temem-teman. Pembongkaran mitos merupakan materi awal untuk tahap pendidikan selanjutnya. Dimana dengan metode pembongkaran mitos, kita dapat memahami siapa diri kita sebenarnya. Dengan metode partisipatif saya akan coba untuk mengantarkan teman-teman untuk lebih menganal diri kita sebenarnya.
Pembongkaran Mitos
Mitos atau mite(myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
Biasanya mitos yang kita percayai adalah tentanghantu, angkernya suatu tempat, kejadian-kejadian yang mengerikan dan masih banyak lagi intinya ada kekuatan-kekuatan diluar diri kita yang bisa mempengaruhi kita. Itulah yang sering kita bicarakan sebagi mitos. Tapi menurut saya hal-hal seperti diatas saat ini bukanlah menjadi sesuatu yang paling mempengaruhi mitos-mitos salam diri kita, saya kembali menekankan bahwa tujuan kita disini adalah disini adalah pendidikan kesadaran kritis unutk mencoba membongkar mitos-mitos dari aspek internal (dari dalam) diri kita yang paling dekat sampai lingkungan yang menciptakan kesadaran kritis. Membongkar mitos berarti kita tidak akan percaya lagi terhadap apa yang selama ini kita percayai yakni yang kita anggap sebagai mitos.
Who am I?
Saya yakin kita sering mendengar istilah who am i? tetapi tidak pernah lebih dalam kita pikirkan. Dalam diri kita masing-masing pasti ada “ego” misalnya penutupan diri, sombong, munafik yang lahir dari orangtua kita (bapak-ibu) yang menjadi karakter bagi seseorang. Jadi orang yang pertama harus kita cek adalah orang tua kita untuk melihat gejala-gejala yang ada dalam diri kita. Kita pasti banyak yang takut terhadap orangtua kita, segan, tidak berani mengkritik, merasa salah terus dan sikap diam (tidak peduli). Yag menjadi pertanyaan adalah “kenapa hal itu terjadi???” ketika orangtua mendidik dan membesarkan kita, data yang kita terima dari lahir samapai umur 5 tahun, semuanya langsung diterima tanpa ada pilih-pilih. Sekarang menurut kita orangtua kita adalah benar terus. Karena otak kita pada umur 1-5 tahun belum sempurna. Artinya semua nasehat, perintah, larangan, ekspresi wajah, kasih sayang, kemarahan, dll. Dari orangtua kita pada saat itu kita belum mampu menyelidiki kebenarannya. Hal-hal diatas merupakan aspek yang paling mempengaruhi perkembangan kita sehingga mitos lahir didalam diri kita bahwa orangtua selalu benar. Tetapi kita sekarang bukan lagi umur 1-5 tahun, tetapi orang-orang intelektual yang sudah mampu berpikir dan kita sudah mampu menyelidiki kebenaran. Dalam hal ini akan ada perbedaan dalam keluarga yaitu : orangtua yang lebih tinggi dari anak.
Sekolah
Pada saat kita berumur 6 tahun maka hamper setengah dari waktu kita habis disekolah. Pendidikan disekolah yang kita terima hampir sama didalam keluarga yakni guru lebih tahu dari murid atau guru lebih benar dari muris. Artinya murid sebagai objek bukan subjek (diutamakan). Pendidikan sekolah yang salah malah didorong dari keluarga. Misalnya tidak boleh melawan guru, karena guru adalah suci. Coba kita pikirkan lebih mendalam mulai dari umur 6 tahun sampai sekarang kita masih didoktrin dengan hal-hal seperti itu. Sehingga ketika naik harga BBM, UU BHP disahkan kita tidak lagi peduli dan tidak bertindak. Hal ini disebabkan karena kita sering mendengarkan nasehat-nasehat dari sekolah/kampus dan keluarga ; Jangan demonstrasi !!!, Ngga baik itu. Sehingga dalam hidup ini kita hanyalah wayang yang dimainkan oleh keluarga dan sekolah, kita adalah generasi pecundang, kita bukanlah pemain yang sebenarnya. Jadi mitos-mitos ini sudah ada dalam diri kita mulai kecil, yang benar adalah keluarga, sekolah.
Agama
Jika kita mengerti sejarah dari lahirnya agama, maka agama sekarang tidaklah berarti/berguna. Agama lahir bukanlah karena dibebaskan dan dimerdekakan. Tapi agama lahir karena ada penindasan dan penderitaan oleh komunitas atau suku tertentu. Maka lahirlah agama sebagai pengharapan dan cita-cita terbebas dari penindasan dan sengsara. Agama berbicara baik dan buruk, surga dan neraka. Dengan melihat kondisi sekarang yakni agama sudah jauh dari cita-cita awal, kita dapat meliaht agama menjadi candu rakyat artinya rakyat harus keluar dari kenyataan objektif yaitu penderitaan akibat kemiskinan karena sistem sosial yang tidak adil. Artinya agama/kepercayaan sekarang telah meninakbobokkan rakyat supaya tetap tidur dalam mimpi-mimpi yang tidak berarti. Misalnya dengan doktrin-doktrin “sabar dan tabah” terhadap semua permasalahan hidup yang ada sekarang karena ini adalah cobaan dari Tuhan. Maka agama sekarang bukanlah mencari akar permasalahan dari kemiskinan dan penderitaan tertapi mengkambinghitamkan iblis (yang tidak nyata) sebagai penyebab. Maka solusi yang ditawarkan oleh agama adalah “sabar dan tabah” serta tekun berdoa. Dan kaum rohaniawan saat ini dipakai sebagai alat kekuasan politik menindas rakyat. Jadi dalam hal ini ada perbedaan kaum rohaniawan dengan jemaat. Kaum rohaniawan selalau benar dan suci serta jemaat selalu salah.
Negara
Secara menyeluruh, sistem sosial yang kita alami dan jalani sehari-hari merupakan aturan dari Negara melalui aparaturnya yaitu pemerintah. Negara melalui agama, sekolah, keluarga dan ormas selalu mendoktrin kita untuk tidak melawan dan berpikir keras mempertanyakan dan kritis terhadap kondisi sekarang. Dan saat ini Negara telah menindas rakyatnya sendiri melaluio system social yang ada sekarang.
Kesimpulan
Biasanya dalam pendidikan-pendidikan yang dilakukan untuk kalangan mahasiswa, berbicara pembongkaran mitos biasanya terjebak dengan konsep ketuhanan. Padahal konsep ketuhanan/spiritualitas bagi seseorang adalah proses pencarian masing-masing. Jadi disini perlu saya tegaskan masalah pembongkaran mitos bukanlah terjebak pada mitos-mitos yang tidak nyata tetapi ditujukan untuk penyempurnaan diri untuk menjalankan gerakan ini. Keteguhan, keberanian, kejujuran dan moral yang kuat merupakan tujuan dari materi ini. Karena dalam situasi apapun kita harus berpikir kongkret atas situsai kongkret.
Terimakasih
BalasHapus